Thursday, October 21, 2010

Pemberi Nafas industri Game Indonesia

Teks: Petir Garda Bhwana

Sudah menjadi pengetahuan umum sebagian besar masyarakat perkotaan di Indonesia kalau warnet-warnet bukan hanya sebagai tempat untuk membuka situs internet dan jejaring sosial saja, tetapi sudah menjadi ajang perkumpulan anak-anak ataupun orang dewasa, yang masih suka memainkan berbagai jenis permainan komputer online. Dari sinilah timbul berbagai komunitas gaming ternama di kalangan gamer dunia, sebutlah XcN (asal Indonesia) dan Virtus.Pro (asal Rusia). Kedua tim ini sudah pernah mewakili negaranya masing-masing untuk berkompetisi di ajang turnamen game sedunia.

Di Indonesia sendiri, telah berdiri suatu tempat bernama Ayola: Cyber Game Square, yang terletak di Mangga Dua Square lantai 2, yang memang didirikan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan bagi siapa saja yang mau serius menekuni dunia cyber game profesional agar bisa berprestasi dalam event kompetisi dunia game online ‘WCG’ (World Cyber Game). Ibu Novi, selaku penggagas didirikannya Ayola, mengaku kalau dia pun dulunya adalah seorang pemain game online juga.

Ibu Novi
Tampak depan AYOLA
Interior dalam AYOLA
Layar 32" inch yang besar




























































Di zaman keemasannya itulah, ibu Novi beserta KGI (Komunitas Gamer Indonesia) pernah mengharumkan nama bumi Indonesia dengan berhasil meraih gelar juara ke-tiga di kompetisi ‘Gunbound World Championship’ yang diselenggarakan di Korea Selatan. Keberhasilannya menyabet gelar juara itu pun menyita perhatian Menpora, membuka mata mereka kalau prestasi bukan cuma bisa dilakukan oleh para atlit di ajang kompetisi olahraga ASEAN saja, tapi di kompetisi game dunia WCG juga bisa. Semenjak itu pula, timbul keinginan dari Ibu Novi dan KGI untuk meneruskan prestasi para atlit cyber game Indonesia dengan mencari dan mengembangkan bibit-bibit baru yang berpotensi.

Kemudian sekitar tahun 2004 lalu, Ibu Novi beserta rekan-rekan KGI berniat untuk mengadakan suatu acara gathering komunitas pemain game Gunbound se-Indonesia. Tapi Telkomsel, yang menjadi sponsor acara mereka pada waktu itu, mengajak Ibu Novi untuk membuat acara gaming online selama 72 jam non-stop untuk MURI (Museum Rekor Indonesia). Hasilnya, nama KGI pun tertoreh dalam catatan buku MURI. Peristiwa ini jelas mendatangkan keuntungannya sendiri, karena setelah dua minggu event itu berlalu, komunitas para pemain game Gunbound di KGI bertambah secara signifikan. Ibu Novi semakin bersemangat untuk melebarkan komunitas Gunbound melalui event-event KGI. “Karena di Indonesia sudah ada publisher game online resmi, maka mengumumkan event kompetisi pun menjadi lebih mudah,” tutur Ibu Novi, “Cukup dengan memasang pengumuman pada web page dan membuat serangkaian kompetisi dengan hadiah menarik, pasti akan menarik minat lebih banyak gamer untuk bergabung.”

Satu tahun kemudian, Ibu Novi pun ‘tersadar’ kalau ternyata bukan cuma Gunbound saja yang ramai digemari oleh para gamer Indonesia, tapi ada juga beberapa game online lain yang memiliki basis gamer yang kuat, sebut saja Counter Strike, DotA, dan Audition Ayodance. Mengetahui ini, Ibu Novi lalu membuat suatu situs forum yang bernama ‘LigaGame Online’ untuk menyatukan dan mengumpulkan aspirasi para penggemar aneka game online seluruh Indonesia.

Melalui situs forum tersebut, banyak yang menyuarakan agar didirikannya suatu pusat penampungan dan pelatihan sumber daya atlit cyber game Indonesia, agar atlit-atlit cyber hasil tempaan Indonesia bisa dikirim ke kancah turnamen game online dunia. Dari sinilah timbul kembali ambisi Ibu Novi untuk mewujudkan angan-angannya dulu, yaitu mencari dan melatih bibit berpotensi untuk bisa meneruskan prestasi gamer Indonesia di mata komunitas gamer Internasional, bukan hanya sekedar mengadakan kompetisi game di tanah air semata secara berkala.

“Saya rasa belum cukup hanya dengan memenangkan turnamen kompetisi game dunia sekali saja apabila kita ingin bersaing dengan negara-negara lainnya. Harus ada suatu wadah, tempat dimana kita bisa membina lebih banyak gamer lagi untuk persiapan turnamen-turnamen selanjutnya,” jelas Ibu Novi, “Karena alasan inilah Ayola dibangun, bukan hanya karena untuk menyediakan tempat bagi para gamer agar bisa bermain tetapi juga untuk membantu mengembangkan bakat mereka dan mengeluarkan potensi-potensi yang dapat menuntun mereka menuju tingkat baru kesuksesan dalam dunia gaming.” Ibu Novi kemudian menjelaskan, kalau bukan hanya para gamer saja yang ingin mereka raih untuk mereka kembangkan, tetapi para kreator game juga. Beliau yakin, banyak di antara para penggemar game, baik itu online atau offline, pasti ada beberapa di antaranya yang juga piawai dalam pembuatan game. Keyakinan ini terbukti lewat event workshop yang diadakan oleh Ayola di tahun 2007. Dengan disponsori oleh Intel, Ayola bisa bekerja sama dengan Machinima Asia Academy dari Singapura, mengadakan workshop pembuatan film pendek dan mini game dengan menggunakan tokoh karakter game favorit para peserta. Hal seperti ini diyakini bagus sekali dampaknya untuk masa depan industri game di Indonesia.

Jadi visi Ibu Novi untuk industri game Indonesia dimulai langkahnya dengan membangun Ayola, untuk menyediakan pangsa pasar bagi para individu-individu penggemar game yang memiliki bakat kreatif dalam berkreasi dan juga bagi para gamer untuk bisa berpartisipasi dan berprestasi dalam ajang turnamen game dunia WCG. “Kita harus bisa untuk mengarahkan gamer dan industri game Indonesia untuk menjadi satu 'value' yang besar. Paling tidak di kawasan Jabodetabek terlebih dulu, karena kalau sudah ada prestasi dan hasil, kita akan bisa memperlihatkan pada masyarakat Indonesia kalau dunia game itu sebenarnya punya 'power', bukan sekedar 'lifestyle,' tutur Ibu Novi dengan tegas, “Saya juga yakin kalau tanpa ada kehadiran game di tengah-tengah kehidupan manusia, teknologi tidak akan dapat maju dan berkembang seperti halnya sekarang ini.” PGB