Wednesday, May 9, 2012

IMAX 3D TECHNOLOGY - First Impression!

FULL ENTERTAINMENT TO THE MAX!



Awal Mei 2012, gue diajak sobat gue untuk menonton 'The Avengers', sebuah film superhero dunia Marvel arahan sutradara Joss Whedon yang terkenal dengan karyanya 'Buffy The Vampire Slayer' yang nge-hits di tahun '90-an.
The Avengers
Bukan sembarang teater yang kita datangi untuk menonton film The Avengers, sobat gue lagi gak mau setengah-setengah menikmati aksi laga para superhero legendaris tersebut, Cinema XXI telah meluncurkan format teater IMAX di Gandaria City - Jakarta untuk memenuhi dahaga para penggila film, jadilah akhirnya kita memesan tiket The Avengers 3D IMAX Premiere, yeaaah!

ENTER THE IMAX REALM
Meskipun harus menunggu 15 menit lebih lama dari jadwal seharusnya untuk bisa masuk ke ruang teater (gara-gara seorang selebriti berinisial TY yang datang bersama keluarganya DIDAHULUKAN oleh pihak 21 Cineplex), muncul dua pendapat dalam benak gue saat melangkah masuk ke ruangan teater. Pendapat pertama gue terhadap tata ruang teater IMAX di XXI adalah "posisi tempat duduknya kok tidak terlalu curam ya?"
Posisi tempat duduk penonton yang curam di IMAX negara lain
Di teater-teater IMAX yang terdapat di negara lain, penempatan posisi tempat duduk penonton diposisikan agak curam, hal ini dimaksudkan untuk membantu mata penonton mendapat ruang lingkup layar secara penuh, memenuhi mata, agar bisa mendapatkan efek ilusi nyata dari film yang ditampilkan tanpa terganggu oleh penampakan siluet kepala penonton lain yang duduk di depan kita.

Penempatan posisi tempat duduk yang curam untuk membantu
mata penonton mendapatkan scope layar secara penuh
Setelah diamati, mungkin saja yang jadi kendala adalah ukuran dan besar ruangan yang sanggup disediakan oleh pihak pengelola Mal Gandaria City kepada XXI untuk membangun teater IMAX ini. Bayangkan saja, jika ingin benar-benar mendapatkan full IMAX experience, ukuran teaternya paling tidak harus sebesar kubah raksasa Keong Mas yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)!

Keong Mas di TMII yang sudah lebih dulu menggunakan
teknologi IMAX, tapi belum 3D
Pendapat kedua, yes, layarnya memang sudah agak cekung - sesuai dengan format layar IMAX standar. Hanya saja kok tidak selebar dan sebesar yang ada di teater IMAX negara lain? jangan salah, ternyata layar IMAX ini sudah ada versi "mini"-nya.

Perbandingan layar IMAX sesungguhnya (Lincoln Square) dengan
yang sudah diperkecil (Empire 25)
Dari gambar di atas, kita bisa lihat kalau teater IMAX yang terdapat di Lincoln Square, Chicago, adalah ukuran layar IMAX yang sebenarnya, yaitu 23x30 meter. Nah, kalau yang ada di Gandaria City Jakarta, format layar yang kita pakai adalah 20x11 meter, tak begitu jauh dengan yang dipakai oleh teater sinema 'Empire 25 IMAX' di New York, yaitu 8,5x18 meter.

Di dalam situs www.daveonfilm.com, perilisan layar IMAX yang 'diperkecil' ini dikritik oleh Roger Ebert, seorang kritikus film dari media Chicago Sun-Times. Dia menjelaskan keberatannya pada media, seperti yang dikutip oleh situs 'Dave on Film': "Call it IMAX Lite, IMAX Junior, MiniMax or IMAX 2.0" as long as you don't just call it IMAX and confuse the customer!" (Sebut saja IMAX Lite, IMAX Junior, MiniMax atau IMAX 2.0, asal jangan disebut sebagai IMAX dan membuat para penonton salah paham!)

Menurut Ebert, agar tidak membingungkan penonton awam, lebih baik pihak IMAX mendirikan teater dan layar IMAX yang sesungguhnya, daripada mendirikan teater sinema biasa yang sistem proyeksinya telah dibuat lebih canggih dengan teknologi IMAX.

Tapi, beda kepala pasti akan beda pendapat. Angga, salah satu sobat gue yang juga seorang movie freak, tampak tidak keberatan ketika ditanya soal performa teater IMAX yang ada di XXI Gandaria City. "Keren banget! meskipun tidak sebesar dengan IMAX yang ada di negara lain, pokoknya masih tetap bisa puas nonton. Pokoknya gue tetap positive thinking-lah dengan IMAX disini." ujarnya. 

Gue sendiri? sebenarnya ada sih harapan untuk bisa menonton film 3D di layar IMAX yang berukuran paling tidak sama dengan ukuran layar yang ada di kubah Keong Mas, tapi kalau yang tersedia untuk khalayak umum masih yang berukuran 20x11 meter seperti yang ada di Gandaria City, ya why not? tidak usah jadi idealis bangetlah kalau soal hiburan, yang penting good entertainment. PGB 






1 comment:

  1. Memang tdk nyaman nontonnya kalau ada kepala di depan kita menghalangi pandangan. Kita juga jadi merasa jangan2 nanti yg dibelakang marah juga kalau kita berusaha meninggikan kepala karena terhalang kepala yg didepan. Sepertinya yg salah ini isi kepala yg merancang teater/bioskop. Gara2 isi kepala seseorang jadi banyak kepala2 yg disalahkan.

    ReplyDelete