Wednesday, June 23, 2010

KEBANGKITAN SENI KONTEMPORER INDONESIA SEBAGAI COUNTER ATAS PENGKOMERSIALISASIAN SENI

Teks oleh: Petir Garda Bhwana

Belakangan ini kita banyak mendengar istilah ‘kontemporer’, baik itu seperti tarian kontemporer ataupun seni rupa kontemporer, apa sih sebenarnya ‘kontemporer’ itu?

Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul di awal tahun '70-an, ketika Gregorius Sidharta menggunakan istilah ‘kontemporer’ untuk menamai suatu pameran seni patung pada waktu itu. Menurutnya, kontemporer itu artinya kekinian, modern, atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan jaman dulu dan berkembang sesuai jaman sekarang.

Suwarno Wisetrotomo, seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa kontemporer, pada konsep dasar, adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang. Kalau kita perhatikan, perkembangan seni di Indonesia dewasa ini kerap menunjukkan seni kontemporer menjadi salah satu cabang seni yang sering terpengaruh dampak modernisasi global. Tidak ada lagi sekat antara berbagai disiplin seni. Batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik, sudah melebur menjadi satu, yang akhirnya berujung menjadi suatu seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang fashionable, bisa disebut juga seperti komersialisasi seni.

Salah satu upaya untuk meng-counter pengkomersialisasian seni ini adalah dengan diselenggarakannya pameran seni berskala besar, yang sebenarnya bertujuan juga untuk membangkitkan gairah seni kontemporer Indonesia, dengan tajuk “Contemporaneity/Contemporary Art in Indonesia” di Museum of Contemporary Art (MoCA) di Shanghai, China, mulai dari 22 Juli sampai 19 Agustus 2010.

Pameran ini akan fokus pada para seniman kontemporer tanah air, memperlihatkan keunikan perkembangan seni kontemporer di Indonesia, yang berbalik 180 derajat apabila dibandingkan dengan tren umum yang terjadi di kancah seni kontemporer internasional. Sekitar 50 karya seni dari 26 seniman yang berbeda-beda alirannya tapi tetap mengacu pada kontemporerisme akan menggelar karya-karyanya di MoCA, Shanghai, demi memperjuangkan martabat seni murni sekaligus membangkitkan seni kriya anak bangsa ke hadapan mata Internasional.

Para seniman kontemporer Indonesia tersebut adalah Agus Suwage, Angki Purbandono, Arahmiani, Budi Kustarto, Christine Ay Tjoe - Deden Sambas, Chusin Setiadikara, Eko Nugroho, Entang Wiharso, Erik Pauhrizi, FX Harsono, Gede Mahendra Yasa, Handiwirman, I Nyoman Masriadi, Jompet Kuswidananto, Agung Mangu Putra, Nasirun, Pintor Sirait, Putu Sutawijaya, Rudi Mantofani, S Teddy D, Tromarama, Wimo Ambala Bayang, Edwin, Feozan Rizal, Garin Nugroho dan Gatot Prakosa. Para anak bangsa ini akan menyuguhkan penggunaan berbagai media seperti lukisan, fotografi, video, patung, proyek seni, mural dan instalasi interaktif untuk karya seni rupanya masing-masing dalam mencerminkan sejarah, kejadian serta nilai estetis yang terjadi di bumi Indonesia secara figuratif, abstrak dan konseptual.

Jim Supangkat, kurator Indonesia ternama kita, bersama Biljana Ciric, kurator museum Contemporary Shanghai, akan mengkuratori pameran yang akan mempertunjukkan karya-karya yang memperkokoh pengaruh pekanya kesenian etnik Indonesia yang belum dipahami sepenuhnya oleh paradigma seni modern dan kontemporer.

Sebagai seseorang yang peduli sekaligus penggagas diselenggarakannya pameran ini, Presiden Direktur AKR Group, Haryanto Adikoesoemo mengakui bahwa para seniman kontemporer Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan seniman-seniman kelas dunia. Menurutnya, sudah selayaknya jika apa yang telah dicapai para artis tanah air itu diperkenalkan di mata dunia.

Pameran yang akan berlangsung selama sebulan ini bisa terlaksana berkat peran serta AKR Group, China Gold Charitable Foundation dan H2 Foundation for Arts & Education. Garuda Indonesia dan Bank Mandiri pun turut juga memberikan dukungannya. Pameran ini sangat didukung oleh Pemerintah Republik Indonesia dan akan dipromosikan di Paviliun Indonesia pada World Expo Shanghai China 2010, sebagai bagian dari acara peringatan 60 tahun Hubungan Diplomatik Antara Republik Rakyat China dan Republik Indonesia. >

1 comment:

  1. tulisannya cukup kontemporer, keren sangat,,,temanss

    ReplyDelete